Tarian Khas Jawa Barat
1.
Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Topeng Cirebon
Tari Topeng Cirebon merupakan tarian tradisional yang sudah dikenal sejak zaman
dahulu. Tarian ini diyakini masyarakat Cirebon telah ada sejak kesultanan
Cirebon. Disebut dari topeng karena para penarinya menggunakan topeng saat
beraksi. Pada pertunjukan tari topeng Cirebon ini, penarinya disebut sebagai
dalang. Hal ini disebabkan karena pada pertunjukan tari topeng biasanya penari
menggunakan beberapa topeng yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Pada
umumnya penari tari topeng menggunakan 3 topeng yang digunakan secara simultan.
Diawali dengan topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng
warna merah. Setiap perganian warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh
pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan.
Musik pengiring tari topeng Cirebon ini adalah menggunakan gamelan khas
Cirebon. Tradisi pertunjukan Tari Topeng Cirebon ini telah berkembang dan
menyebar di daerah daerah Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari,
dan Brebes. Perkembangan tari topeng tersebut menyebabkan munculnya berbagai
variasi dan gaya tari topeng yang akan dibahas tersendiri dimasa mendatang.

Tari
merak dari Jawa Barat ini diciptakan oleh seorang tokoh
seni Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950. Namun dalam perjalanan waktu dan
sejarah Tari Merak ini mengalami beberapa kali revisi diantaranya Tari Merak
yang telah dibuat ulang oleh Irawati Durban pada tahun 1965.
Dinamakan tari merak karena tarian ini menggambarkan kecantikan dan keindahan
burung merak. Para penari tarian tradisional ini menggunakan kostum yang juga
mirip dengan bulu burung merak.
3.
Tari Tradisional Jawa Barat - Tari Wayang
Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad
ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling
yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya. Disebut
tari wayang karena para penari mengenakan kostum dan melakukan gerak tari yang
menggambarkan tokoh / karakter wayang yang dikenal masyarakat di Jawa Barat.
Pada awalnya tari wayang ini dimainkan pada saat pertunjukan wayang orang,
namun pada perkembangannya kemudian tari wayang menjadi satu pertunjukan seni
terse
Tari Wayang dapat dimainkan secara tunggal, berpasangan maupun masal. Sedangkan
karakter yang dimainkan oleh pemain terdiri dari beragam karakter pria dan
wanita. Karakter tari wanita terdiri dari Putri Lungguh untuk tokoh
Subadra dan Arimbi serta ladak untuk tokoh Srikandi. Sedangkan karakter tari
pria terdiri dari : Satria Lungguh untuk tokoh Arjuna, Abimanyu, dan Arjuna
Sastrabahu. Satria Ladak Lungguh untuk tokoh Arayana, Nakula dan Sadewa Satria
Ladak Dengah/Kasar untuk tokoh Jayanegara, Jakasono, Diputi Karna dan
sebagainya Monggawa Dengah/Kasar seperti Baladewa dan Bima Monggawa Lungguh
seperti Antareja dan Gatotkaca Denawa Raja seperti Rahwana dan Nakula
Niwatakawaca.

4. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari
Ketuk Tilu
Tari Ketuk tilu merupakan tarian
tradisi Jawa Barat khususnya wilayah Priyangan, Bogor dan Purwakarta.
Pertunjukan tari Ketuk Tilu terdiri dari penari wanita yang biasa disebut
ronggeng dan nayaga sebagai pengiring musik.
Pertunjukan ketuk tilu biasanya dilakukan diarea
terbuka baik didalam maupun diluar ruangan, ronggeng biasanya akan menari
mengitari lampu yang berkaki (sunda = obor).
Pada pertunjukan Ketuk Tilu pertama dilakukan
tatalu (membunyikan alat musik) dengan tujuan untuk memanggil penonton. Setelah
para penonton banyak pertunjukan akan diawali dengan tari pembuka, yaitu para
penari wanita (Ronggeng) memasuki gelanggang, menari bersama mengitari lampu
oncor, gerakan tarinya disebut jajangkungan dan wawayangan dan gerakannya sudah
ditata terlebih dahulu, dengan tempo irama lambat.
Setelah tarian pembuka baru dilakukan tari
bersama antara ronggeng dan penonton laki-laki, dan acara puncak disebut dengan
parembut ronggeng. Dalam acara tersebut para penonton berebut untuk menari
dengan ronggeng pilihan mereka.

5. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari
Jaipong
Tari
Jaipong adalah tari tradisional dari Jawa Barat yang dasarnya adalah tari Ketuk
Tilu. Tari Jaipong merupakan buah kreativitas seniman Jawa Barat Gugum Gumbira.
Pada awal perkembangannya tari jaipong juga disebut ketuk tilu. Karya Jaipongan
pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser
Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari
putri dan tari berpasangan (putra dan putri).
Saat ini tari jaipong sudah menjadi ikon
tarian di Jawa Barat. Tarian ini banyak ditampilkan baik pada acara perhelatan
yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah Jawa Barat.
6. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari
Keurseus
Tari Keurseus merupakan tarian tradisional Jawa Barat yang disusun oleh R. Sambas Wirakoesoemah, lurah Rancaekek (Bandung) tahun 1915-1920 dan
1926-1935. Beliau adalah putra Nyi Raden Ratnamirah dan Raden
Mintapradjakoesoemah, wedana Tanjungsari, Sumedang.
Pada awalnya dikenal tari tayub/tayuban yaitu tarian yang dilakukan oleh para
menak (pejabat). Pada tahun 1905-1913, Wirakoesoemah belajar tari kepada
Uwanya, Rd. Hj. Koesoemaningroem, penari di Kabupaten Sumedang dan ia juga
belajar pada Sentana (Wentar), pengamen Topeng dari Palimanan, Cirebon tahun
1914. Dari bekal belajar tari itu, kemudian ia menyusun dan merapikan tari
Tayub yang pada masanya sering dilakukan oleh para penari yang sudah
dipengaruhi oleh minuman keras dan menari tanpa ada gerakan dasar. Dengan
tujuan untuk menata budi para menak maka R.Sambas Wirakoesoemah mendirikan
perguruan tari.
Perguruan tarinya diberi nama Wirahmasari yang didirikan tahun 1920 di
Rancaekek dengan murid-muridnya yang kebanyakan berasal dari kalangan menak
yang kemudian menyebarkannya ke seluruh Tatar Sunda. Pelajaran yang diajarkan
secara sistematis pada murid muridnya dalam bahasa Belanda dikenal dengan
istilah Cursus. Dalam lafal sunda menjadi Keurseus, sehingga tari yang
diajarkan di Wirahmasari ini kemudian dikenal dengan nama Tari Keurseus.

7. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari
Buyung
Tari buyung adalah tarian
tradisional Jawa Barat yang biasanya dilakukan pada acara puncak pada upacara
seren taun yang dilakukan masyarakat Jawa Barat. Tarian ini merupakan kreasi
dari Emalia Djatikusumah, istri dari Pangeran Djatikusumah salah seorang
sesepuh adat.
Tarian ini menggambarkan para gadis desa
yang mandi dan mengambil air bersama-sama dicurug (air terjun) Ciereng dengan
menggunakan buyung (tempat air dari logam/tanah liat)
8. Tari Tradisional Jawa Barat - Ronggeng
Bugis
Ronggeng Bugis atau Tari Telik Sandi
adalah salah satu tari tradisional yang bersifat komedi dari Cirebon. Tarian
ini bersifat komedi karena dimainkan oleh penari laki-laki sebanyak 12 - 20
orang dengan dandanan dan gaya menari layaknya perempuan. Namun jangan
salah walaupun bergaya wanita, makeup yang dipergunakan oleh penari tidak
kelihatan cantik justru bisa dibilang mirip baduk yang mengundang gelak tawa.
Asal mula tari Ronggeng Bugis, dilatarbelakangi ketegangan yang terjadi antara
kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Islam. Sunan Gunung Djati sebagai Raja Cirebon
saat itu menyuruh seorang kerabat kerajaan yang berasal dari Bugis untuk
memata-matai atau saat itu dikenal dengan istilah telik sandi Kerajaan
Pajajaran. Waditra / pengiring musik yang dipakai pada pertunjukan tari telik
sandi / ronggeng bugis ini adalah alat
musik tradisional dari Jawa Barat
antara lain Kelenang, Gong kecil, Kendang, Kecil, dan Kecrek.
9. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari
Sintren
Tari Sintren adalah tarian tradisional
masyarakat Jawa khususnya Cirebon Jawa Barat. Tari ini juga disebut dengan lais
yaitu bentuk tari-tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita
cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.
Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang dengan
diiringi gending 6 orang. Gadis tersebut dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang
berselebung kain. Pawang/dalang kemudian berjalan memutari kurungan ayam itu
sembari merapalkan mantra memanggil ruh Dewi Lanjar. Jika pemanggilan ruh Dewi
Lanjar berhasil, maka ketika kurungan dibuka, sang gadis tersebut sudah
terlepas dari ikatan dan berdandan cantik, lalu menari diiringi gending
10. Tari Tradisional Jawa Barat - Tari
Sampiung
Tari Sampiung adalah tari tradisional Jawa Barat pada zaman dahulu yang dipertunjukan
sebagai kelengkapan upacara hari-hari penting seperti Seren Taun, Pesta Panen,
Ngaruat, Rebo Wekasan, bahkan pada hari raya kenegaraan seperti pada perayaan
Ulang Tahun Kemerdekaan RI.
Asal mula nama Tari Sampiung karena lagu pengiringnya berjudul Sampiung. Kadang
disebut juga Tari Ngekngek, karena waditra pengiringnya adalah Tarawangsa (alat
Gesek, seperti Rebab) yang biasa disebut Ngekngek. Sebagian orang menyebutnya
Tari Jentreng, karena salah satu waditra pengiringnya adalah Jentreng, yaitu
alat petik berupa kacapi dengan ukuran kecil, yang juga biasa dipinjam namanya
untuk nama tarian yang ditampilkan